Seminggu Banjir di Tegalbuleud Sukabumi, Ada Dusun Terisolir

Disasters.ID – Sudah sepekan seribuan warga penduduk Dusun Cipangkalan, Desa Buniasih, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dikabarkan tidak bisa keluar perkampungan, alias terisolir.

Kabar ini diterima dari seorang Tokoh Pemuda Dede Surahman (43) yang menghubungi melalui telepon genggam, Jumat (20/11/2020) sekitar pukul 08:25 WIB.

Dalam percakapannya, dia menyampaikan bila warga sudah mengeluhkan kesulitan bahan pokok. Terutama para pemilik warung karena persediannya sudah menipis.

”Tabung gas, air bersih galon sudah mulai sulit. Karena sudah tidak ada agen yang mengantarkan ke kampung kami,” ungkap Dede.

”Kami juga gak bisa keluar kampung, terisolir. Saya sudah beberapa hari di kampung saja,” sambungnya.

Begitu juga para petani yang mempunyai hasil panen seperti pisang dan pepaya California tidak bisa dibawa ke pasar. Bila dibiarkan hasil pertanian ini terancam busuk dan tidak menghasilkan uang.

”Alhamdulillah banjir sekarang anak-anak tidak sekolah karena ada pandemi Covid-19. Biasanya kalau banjir anak-anak bisa tidak sekolah sampai sepekan,” tutur dia.

Dede menjelaskan banjir yang belangsung ini karena meluapnya Sungai Ciparanje setelah diguyur hujan dua hari berturut-turut Sabtu (14/11/2020) – Minggu (15/11/2020).

Meluapnya Sungai Ciparanje yang mengalir dari hulu ke muaranya di Sungai Cibuni ini sudah berlangsung puluhan tahun. Namun hingga saat ini belum ada solusi dan setiap musim hujan kembali banjir.

”Bukan ratusan hektar lahan persawahan saja yang terendam. Tapi jalan menuju dusun kami juga teredam karena letaknya ada di tengah persawahan,” jelas dia,

”Banjir juga sempat merendam rumah-rumah di pinggir persawahan, tapi sekarang sudah surut,” sambung Dede.

Namun, lanjut dia, bila hujannya turun kembali seperti sepekan yang lalu bisa kembali merendam banyak rumah. Karena bencana banjir luapan Sungai Ciparanje ini sudah berulang kali.

Sedangkan jalan desa yang terendam berlokasi di jalan desa menuju sejumlah perkampungan di Dusun Cipangkalan. Jarak dari jalan utama ke dusun sekitar 2 kilometer dengan lebar 2,5 meter.

”Lokasi yang terendam di sekitar jembatan karena jalan yang terendam ini lebih rendah dari jembatan. Tingginya bisa mencapai satu meter,” tutur Dede.

Dia mengatakan ada jalan alternatif yang masih berbatu dengan jarak sekitar dua kilometer. Namun di satu titik jalan itu juga ada yang terendam dan bila surut lokasi tersebut seperti rawa.

”Bila banjir cepat surut, tapi bekasnya itu ambles bisa selutut. Perlu batu yang banyak untuk menutupnya,” kata Dede.

Butuh perahu karet

Camat Tegalbuleud Antono membenarkan bila di wilayahnya ada sejumlah kampung di Dusun Cipangkalan terisolir karena jalan menuju dusun itu terendam banjir.

Masyarakat di perkampungan pun akhirnya tidak bisa keluar kampung untuk beraktifitas seperti biasa.

Dia sudah melaporkan dan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sukabumi.

”Kami sudah memohon meminjam perahu karet ke BPBD,” kata Antono.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, Maman Suherman mengatakan pengiriman perahu karet dan tim akan segera dikirimkan Minggu (22/11/2020).

Surat permohonan baru diterima BPBD pada Jumat (20/11/2020) sore melalui pesan whatsapp.

”Kasie (Kepala Seksi) Kedaruratan Minggu kirim perahu,” kata Maman.

Ratusan hektar sawah terendam

Antono menuturkan bencana banjir ini merendam lahan persawahan mencapai 300 hektar, yang di antaranya terdapat jalan desa yang menghubungkan perkampungan ke Desa Buniasih.

Banjir ini luapan air Sungai Ciparanje yang melintas persawahan dan permukiman di Desa Buniasih dan Desa Tegalbuleud. Banjir sudah berlangsung sepekan sejak hujan mengguyur dua hari berturut-turut, Sabtu (14/11/2020) – Minggu (15/11/2020).
Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Tegalbuleud, Dedy Rukmana mengungkapkan bencana banjir ini rutin hampir setiap hujan deras dan lama pasti banjir

“Jika hujan lagi malam ini kemungkinan air akan merendam pemukiman,” ujar Dedy pada Rabu (18/11/2020).

Dedy menuturkan ketinggian air yang merendam persawahan sangat bervariasi. Bahkan ada juga yang bisa mencapai dua meter.

”Saat ini sawah baru ditanami padi, paling sekitar satu hingga dua minggu,” tutur Dedy.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *